SUKRENI
GADIS BALI
Karya
: A.A. Pandji Tisna
Oleh
: Hafidh Mubarrok
1.
Rangkuman
Disuatu desa bernama
Bingin Banjah di Bulelelng bali, hidup Men Negara ia berasal dari karangasem,
anak seorang kaya di negrinya. Ia datang ke buleleng hanya dengan pakaian yang
lekat pada badannya saja. Sampai dibulelelng mereka menumpang dirumah seorang
haji yang banyak berkebun di sebelah barat bulelelng. Ia disuruh menunggui
kebunnya itu. Men Negara juga mempunyai
sebuah kedai kecil ditengah tengah kebun kelapa yang amat subur. Kedai kecil
itu amat kotor dan buruk, disitu menjual minuman tuak, arak, kopi, teh serta makanan atau sate babi dan juga makanan
lainnya. Walaupun kedai itu amat buruk, tetapi kedai itu sangat ramai.
Pelanggan yang datang bukan hanya dari desa
itu sendiri melainkan dari berbagai desa lain, banyak pemuda-pemuda yang menghabiskan
waktu dikedai itu untuk melihat kecantikan Ni Negari. Bahkan tidak sedikit orang tionghoa yang datang
untuk sekedar minum di kedai itu. Alasan meraka jauh-jauh datang ke kedai buruk
itu hanya untuk melihat kecantikan Ni Negari, anak Men Negara yang amat cantik
dan tiada duanya didaerah itu. Selain karna kecantikan Ni Negari alasan orang
datang ke kedai itu adalah karena kedai itu mencual makanan dan minuman yang
sedap serta murah dibandingkan dengan kedai-kedai lainnya. Berkat kedai dan
juga rajin berkebun, Men Negari cepat kaya ia pun telah mempunyai kebun
sendiri. Pagi itu ramai pekerja, seolah-olah mengejar hari kemarin yang lalu
dengan Cuma-Cuma.
Disana-sini banyak
berserakan buah kelapa, saking banyaknya buah kelapa, tidak jarang kelapa yang
telah terkumpul dicuri orang dengan mudah. Biasanya perempuan yang mecuri buah
kelapa dengan berpura-pura meminta air kelapa lalu menggelapkan buah kelapa.
Suatu hari di kedai Man Negara, ia dengan I Gerundung sedang menyembelih babi
untuk dibuat sate dan dijual. Namun aksinya itu diketahui oleh mentri polisi
yang bernama I Gusti Made Tusan, karena Man Negara tidak meminta surat
keterangan akan menyembelih babi. Hal itu melanggar ketentuan yang berlaku di
buleleng. Lalu I Gusti Made Tusan marah-marah kepada Man Negara. Namun dengan
kecantikan dan kemolekan Ni Negari, I Gusti Made Tusan pun luluh hatinya dan
mau minum kopi dilayani oleh Ni Negari.
I Gusti Made Tusan
terkenal sebagai seorang pegawai polisi yang lurus serta tahu mempergunakan
kekuatan dalam menjalankan kewajiban. Namun hatinya luluh karena terpesona
kecantikan dan keanggunan Ni Negari. Walaupun hatinya luluh namun bagi I Gusti
Made Tusan peraturan tetaplah peraturan dan harus ditegakkan. Sudah sebulan
polisi menangkap Men Negara yang memotong babi tanpa bersurat. Kedai Men Negara
semakin lama semakin ramai. Meja kotor dan tungku dari tanah sudah berganti
dengan meja baru serta dapur yang terbuat dari semen. Lampu yang dulu diputihi
dengan kapur kini telah berganti bercat emas berkilat-kilat. Botol arak dan
tuak tidak terletak diatas meja , melainkan ditaruh di rak yang terdiri di
sebelah meja. Pagar yang dulu menutup halaman sudah dibongkar lalu tampaklah
kedai yang diperbarui.
Perubahan kedai itu
membawa pengaruh terhadap orang-orang yang datang kekedai itu, dulu orang yang
datang hanya berpakaian seadanya namun sekarang sudah berhias rapi. Begitu juga
Ni Negari, ia berdandan dengan rapi dan cantik. Jalan yang dulunya kecil serta
berlumpur kini sudah menjadi jalan raya, karena perubahan itu. I Ketut Rai,
adalah seorang pemuda yang bertunangan dengan Ni Negari, namun Ni Negari
mengingkari pertunangan tersebut dengan berpacaran dengan menteri polisi I
Gusti Made Tusan. Dengan kata-kata manis Ni Negari I Ketut Rai pun tidak
mengetahui akan hal itu.
Di kedai berdirilah
ditengah-tengah pintu, seorang gadis yang cantik jelita melebihi Ni Negari.
Yang sedang mencari Ida Gde Swamba. Ni Luh Sukreni namamnya. Skureni mencari I
Gde Swamba karena ada urusan dengan I Nyoman Raka. Lalu swamba menemui Sukreni
diluar. Setelah keluar dari kedai Men Negara Sukreni pergi dengan I Gde Swamba
yang sudah ditunggu oleh ayah Sukreni Ditepi jalan. Mereka pergi dari kedai Men
Negara ke kedai Pan Gara, yang tak lain saingan Keddai Men Negara. Diikutinya
oleh I Gusti Made Tusan yang juga singgah di kedai Pan Gara. Di dalam kedai Pan Gara mereka membicarakan
pembagian harta warisan orang yang belum di ngaben.
Pada hari minggu pagi,
seperti biasa kedai Men Negara amat ramai. Seperti biasa beberapa pemuda dari
singaraja yang kebanyakan pegawai kantor, mempergunakan hari itu untyk
bersenang-senang. Ni Negari melayani pemuda itu dengan ramah dan juga amat
cantik. Dengan demikian maka uang yang didapat oleh kedai Men Negara akan
bertambah banyak. Dengan asyik Ni Negari melayani tamu-tamunya tidak sadar
bahwa I Gusti Made Tusan sudah berada di dalam rumah Ni Negari. Ia cemburu dan
sangat marah karena melihat Ni Negari melayani pemuda-pemuda itu, karena
kecemburuannya itu maka I Gusti Made Tusan akan segera mengawini Ni Negari.
Namun Ni Negari tidak cinta kepada Igusti Made Tussan, melainkan cinta kepada
uangnya.
Senda gurau orang
diluar tidak kedengaran lagi., suara terawa dan ejek mengejek sudah sunyi.
Berganti dengan suara orang menyapa datang. Sunyi senyap ketika itu di luar dan
didalam kedai. “ya, jero luh, inilah rumah Men Negara itu” sapa Ni Luh Sukreni.
Men Negara, Ni Negari dan I Gusti Made Tusan terkejut bukan main karena yang
dia lihat itu adalah Ni Sukreni gadis manis dan cantik molek itu, dan membuat I
Gusti Made Tusan sangat terpesona dan lupa dengan Ni Negari. Warna muka Ni
Negari berubah menjadi merah padam karena melihat gadis saingannya itu datang.
Ni Sukreni datang ke kedai Men Negara
dengan I Sudina mereka sedang mecari I Gde Swamba untuk menyelesaikan persoalan
warisan dan pembakaran mayat bapak I Nyoman Raka. Ia diterima oleh Ni Negari
dengan manis, dan diberinya harapan bahwa I Gde Swamba akan akan segera datang.
Dan disilahkan ia untuk menginap sehari atau dua hari dirumah Ni Negari, dan I
Sudi menginap di rumah I Negara saudara Ni Negari. Dengan maksud dan tujuan
tertentu.
Malam itu datang lah I
Gusti Made Tusan. Amat senang hatinya demi melihat kecantikan dan kemolekan Ni
Luh Sukreni yang tinggal di ruman Men Negara. Setelah kedai di tutup, Ni Negari
dan Ni Luh Sukreni masuk kedalam rumah, lalu duduk dan bercerita dengan
asyiknya. Dengan demikian hati Sukreni mersa senang dan betah. Mengetahui bahwa
Sukreni bermalam dirumah Men Negara. I Gusti Made Tusan sangat senang. Menurut
kepercayaan orang bali. Setan berkeliaranj pada malam hari, memasuki badan
orang yang kosong. Saat itu badan I Gusti Made Tusan benar-benar kosong tanpa
jimat. Pada saat itu pula I Gusti Made Tusan merencanakan sesuatu dengan Men Negara,
bahwa I Gusti Made Tusan akam masuk kedalam kamar Sukreni yang sedang tidur
dengan Negari. Dengan perlahan-lahan ia masuk dan membangunkan Negari. Entah
setan apa yang menguasai Negari. Dengan sedikit isyarat dari I Gusti Made
Tusan, Ni Negari pun mengerti maksud dari I Gusti Made Tusan. Setelah Ni Negari
keluar dari kamar itu I Gusti Made Tusan pun mengunci kamar itu dari dalam.
Keesokan harinya
sebelum matahari terbit Sukreni sudah hilang dari tempat tidurnya. Men Negara
dan Ni Negari dengan hati yang bangga sudah merusak kehidupan Ni Sukreni. Sudah
dicarinya kesemua sudut rumah tetapi tidak dijumpainya. Lalu datanglah I Negara
dengan I Sudina kerumah Men Negara denga hati yang bahagia. Sesampainya di
dalam rumah, I Negara mencari Sukreni tetapi tidak dijumpainya, dengan hati
yang bahagia I Negara bercerita kepada Men Negara dan Ni Negari. Saat sebelum
datang ke buleleng Men Negara sudah pernah bersuami dengan seorang pemuda dan
melahirkan seorang anak. Lalu Men Negara melarikan diri ke Buleleng, sampai di
Bulelelng Men Negara bersuami lagi dan lahirlah Ni Negari dan I Negara. Tujuh
belas tahun lamanya Men Negara meninggalkan anak dan suaminya yang pertama.
Yang bernama Pan Widi dan nama semasa bujangnya I Nyoman Raka. Dan anaknya itu
bernama I Widi. I Nyoman Raka menggati nama anaknya dengan Ni Luh Sukreni agar
Men Negara tidak mengetahui.
Tercengan Men Negara
dan Ni Negari mendengar kabar itu. Sampai hati Men Negara menghancurkan
kehidupan anaknya yang selama tujuh belas tahun tidak bertemu. Men Negara pun
masuk kamar dengan menangis tersedu-sedu. Setelah I Sudani dan I Negara tidak
menjumpai Sukreni di rumah Men Negara, ia lalu mencarinya ke berbgai desa dan
hotel tetapi tidak di jumpainya juga. I sudani merasa gelisah karena Sukreni
yang dititipkannya sudah hilang dari tangannya. Ia tidak mengetahui keberadaan
Sukreni karena ia telah mengganti namanya dengan nama Ni Made Sari dan sedang
meratapi nasibnya di sebuah hotel kepunyaan seorang tionghoa. Agar tak membawa
malu ke desanya ia pun tidak mau pulang kedesanya dan ia mencari kehidupan
sendiri dengan meminta pekerjaan kerumah-rumah menjadi babu. Hingga terasa
olehnya kemlaratannya.
Lima bulan sudah I Made
Aseman terhukum karena memukul kepala I Negara. Lantaran tersulut oleh
perkataan Aseman. Ia dihukum mengambil kotoran yang berserakan di jalan dan
didepan rumah. Di depan sebuah hotel saat Aseman mengambil sampah duduklah I
Gde Swamba sedang ber bincang-bincang dengan orang India yang bernama
Chatterje. Saat I Gde Swamba berdiri dan melihat-lihat jalan, terlihatlah I
Made Aseman yang sedang berdiri di sebelah truk sampah. Lalu Swamba mendekati
Aseman dan menanyakan perihal kenapa ia di hukum, sudah berapa lama ia di hukum
dan tak lupa ia menanyakan keberadaan dan kondisi Ni Luh Sukreni. Dengan paksaan
dan dorongan akhirnya Aseman pun menceritakan semua kejadian dan apa yang
dialami Sukreni. I Gde Swamba amat sangat terkejut saat mengetahui bahwa Ni
Sukreni sudah hamil dan melahirkan anak, hasil hubungan jahanam yang dilakukan
oleh I Gusti Made Tusan. Setelah melahirkan, Ni Sukreni menumpang dirumah Pan
Gumiarning di banjar Bali. Setelah mendengar banyak berita dari Aseman I Gde
Swamba pun kembali ke biliknya dan Swamba pun melanjutkan pekerjaanya.
Keesokan harinya
pagi-pagi, Catterje pergi kebandung dengan sendiri, wlalupun I Gde Swamba sudah
dibujuk dan dirayunya tetapi ia tetap mengelak untuk mengikuti bersama ke
Bandung. Sepeninggal Catterje, Ida Gde berkemas-kemas. Ia memakai berpakaiian
rapi dan sedang pergi keluar. Ia sedang pergi mencari alamat Pan Gumiarning
yang rumahnya sedang ditumpangi Ni Sukreni. Setelah sampai disepan rumahnya, ia
segera masuk ke rumah itu, dan disambut oleh seorang perempuan setengah tua. Ia
adalah istri Pan Gumiarning yang ke dua. Setelah dipersilahkan duduk, Pan Gumiarning
pun datang menemui I Gde swamba. Ia mengerti maksud kedatangannya yaitu untuk
menemui sukreni. Kemudian Skureni pun datang menemui I Gde Swamba, ia bersimpuh
di hadapan Ida Gde, sambil menangis dengan sedih. Tak sepatah kata yang dapat
diucapkan Sukreni melainkan hanya tangisan. Namun I Gde Swamba mengerti keadaan
yang dialami Sukreni. I Gde Swamba hanya bisa menasehati Sukreni agar tidak
larut dalam kesedihannya, ia juga tidak membedakan ia yang sekarang dengan ia
yang dulu. Dan semua itu sudah kehendak dan kodrat yang maha kuasa. I Gde
Swamba juga berkata bahwa ia akan menyekolahkan dan membesarkan anak Ni
Sukreni.
Dua puluh tahun sudah
berlalu. Luh Sukreni sudah lama pulang kembali ke Manggis tempat asal desanya.
Ia sudah dimaafkan oleh keluarga dan juga ayah dan ibunya. Semua berkat bantuan
I Gde Swamba yang telah menjelaskna kejadian yang sebanarnya kepada keluarga Ni
Sukreni. Anak Sukreni yang sudah besar kini diberi nama I Gustam oleh Pan
Gumiarning. Setelah ia berumur tujuh tahun. Ia disekolahkan di singaraja.
Tetapi baru beberapa bulan lamanya anak itupun keluar dari sekolah, karena ia
lebih suka pergi ke kampung Anyar dan bermain dengan teman sebayanya. Disitu ia
belajar berjudi, dan melihat orang yang sedang menyabung ayam. Sesekali ia
sudah berani mencoba sabung ayam, walaupun ia masih kecil. Beberapa kali ibunya
sudah menasehati dia, tetapi nasihat itu masuk kuping kanan keluar kuping kiri.
Ia pun dikeluarkan dari sekolah karena tidak pernah masuk sekolah.
Ketika ia berumur dua
belas tahun, ia pun sudah berani memukul ibunya dengan kayu, sampai luka. Pan
Gumiarning pu sudah dicaci makinya,
karena tidak mau memberinya uang untuk berjudi. Pada umur sembilan belas tahun ia
dihukum, karena mencuri di kedai orang tionghoa di singaraja. Didalam penjara
ia ia berkenalan dengan orang-orang jahat. Disitu ia mendapatkan banyak ilmu
kejahatan seperti mencuri, merampok, berjudi dan sebagainya. Ia dipenjara
selama dua tahun.
Sementara I Gustam
berada di penjara, Ni Luh Sukreni pulang ke Manggis. Ia tinggal bersama
ayahnya, tidak lama ia meninggla duni karena penyakit. Yang disebabkan makan
hati berulam jantung dengan tiada berkeputusan. Demikian kehidupan Gustam
dipenjara, penjara itu sebagai madrasah padanya. Beberapa kemudia terjadi
buru-hara di Buleleng. Perampok meraja lela disana sehingga sehingga tiada
berani lagi orang yang menunggu kebun dengan tiada berkawan. Perampok itu
datang dengan jumlah yang banyak, jika ada orang yang melwan tidak segan sekelompok
perampok akan menembaknya. Bukan hanya masyarakat biasa yang ia bunuh melainkan
juga polisi ia jerat lehernya dengan tali dijalan. Kepala perampok itu ialah I
Teguh nama samaran dari I Gustam.
Suatu hari Gustam
merencanakan perampokan di rumah Men Negara. Ia melewati kebun kelapa dan swah,
agar tidak terlihat oleh polisi yang sedang berpatroli. Bingin banjah adalah
desa yang aman dulu, tapi sekarang sudah tidak aman lagi. Menteri polisi yang
dulu ditugaskan menjaga desa itu kini sudah dipindahkan ke Mayong. Tetapi
karena kerusuhan itu Mentri polisi itu dipindah tugaskan lagi ke bingin banjah.
Menteri polisi itu adalah I Gusti Made Tusan. Beberapa lama mereka pun tiba di
rumah Men Negara, yang merasa aman karena mendapat perlindungan dari I Gusti
Made Tusan. Ni Negari telah lama kawing dengan I Ketut Rai, jurutulis di
Jembrana.
Saat telah sampai
didalam rumah Men Negara, kawanan perampom itu ternyata ketahuan sedang
merampok dan Men Negara pun berteriak minta tolong. Pada malam itu kebetulan I
Gusti Made Tusan sedang meronda dengan teman temannya. Seketika itu ia langsung
mengejar dan berkelahi dengan kawanan perampok itu, namun perampok itu sudah
membwa kabur uang di dalam peti dan mereka juga membakar rumah Men Negara.
Halaman rumah yang
gelap itu seketika terang benderang, karena apinya yang besar. Pada malam itu
orang-orang berteriak-teriak dan tong-tong telah dibunyikan. Disebelah timur
rumah Men Negara orang berkelahi dengan hebat, tinju-meninju, dorong-mendorong,
serta kadang-kadang bunyi bedilpun terdengar pula. Karena begitu ramainya
perkelahian itu, keluarlah Made Aseman dari rumahnya, lalu medekati perkelahian
tersebut. Ia mengucapkan “O disini tuhan menampakkan kekuasaanya, anak
menggerakkkan tangan hendak memarang kepala bapaknya, dan bapak pun hendak
membunuh anaknya.” Tetapi naas semua itu sudah terlambat. Keleweng menteri
polisi itu mengenai leher anaknya, dan kepala I Gusti Made Tusan kena parang I
Gustam. Mereka berdua pun tewas dengan mengenaskan. Dibawah pohon kelapa
kelihatan Men Negara dan Ni Negari serta keluarganya yang lain duduk merenungi
rumahnya yang habis dimakan api. Ketika itu mereka merasakan kutukan atau
hukuman oleh sang Widi tuhannya. Terbayang di mata Men Negara rupa Ni Luh
Sukreni, anaknya yang telah dicelakakannya. Men Negara memekik, barlari, lalu
jatuh terguling tak ingat lagi akan dirinya.
Pagi hari setelah semua
terbakar habis dibawah pohon kelapa terlihat seorang yang terhuyung-huyung
seperti habis bangun tidur. “kita hendak memotong, hendak menyembelih babi,
sekali ini yang besar” katanya berulang-ulang. “tak perlu bersurat. Sembelih saja”
orang itu berdiri, lalu berjalan mondar-mandir, tangannya digerak-gerakkanya,
sebagai orang memberi isyarat, supaya pintu dibuka dan ditutupkan, sebagai
menengok apa-apa di bawah tempat tidur, seraya berkata pula “bakul ini penuh
dengan rempah-rempah, nanti kita hidangkan makanan yang lezat-lezat kepada
tukang panjat kelapa itu.” Orang itu seperti menirukan orang yang sedang
memasak. Menata toples yang berisikan makanan. Lalu mempersilahkan orang untuk
masuk ke kedainya. Ya orang itu adalah Men Negara, ia gila karena harta
bendanya sudah habis dimakan api. Ni Negari yang sudah berumah tangga itu telah
pergi ke Jembrana bersama suami dan anaknya. I Negara tinggal berumah di desa,
ia juga yang setiap hari membwakan makanan untuk ibunya dan ia juga yang mengurusi
ibunya utu. Orang-orang merasa miris melihat kelakuan Men Negara yang gila. Ia
setiap hari bertingkah laku layaknya sedang berjualan di kedai miliknya dulu
.
2.
Hal-hal menarik dari novel Sukreni Gadis
Bali
a. Di
desa bingin banjah terdapat kedai yang amat buruk dan jorok tetapi sangat
ramai, karena yang melayani gadis yang cantik yang bernama Ni Negari
b. Ni
Negari kalah cantiknya dengan gadis yang lugu yang bernama Ni Luh Sukreni. Ia
sangat marah apa bila ia datang ke kedainya mencari I Gde Swamba.
c. Men
Negara, Ni Negari dan I Gusti Made Tusan merencanakan perbuatan keji terhadap
Sukreni, gadis yang baru dikenalnya dan masih sangat lugu.
d. Men
Negara mengetahui bahwa gadis yang ia rusak kehidupannya itu ternyata adalah
anaknya yang dulu sebelum pindah ke bingin banjah.
e. I
Gde Swamba tidak marah dan sangat sabar dan sayang kepada Sukreni Walaupun
Sukreni sudah memiliki anak.
f. I
Gustam walaupun masih kecil tapi sudah berani berjudi dan sabung anyam. Dan ia
juga dipenjara pada umur dua puluh tahun karena mencuri di kedai orang
tionghoa. Ia juga menjadi kelapa perampok yang sadis saat menjalankan
perampokannya.
g. I
Gustam dan I Made Tusan saling membunuh padahal mereka sebapak dan seanak.
h. Men
Negara gila karena harta bendanya lenyap dimakan api.