Senin, 09 November 2015

sukreni gadis bali



SUKRENI GADIS BALI
Karya : A.A. Pandji Tisna
Oleh : Hafidh Mubarrok

1.             Rangkuman
Disuatu desa bernama Bingin Banjah di Bulelelng bali, hidup Men Negara ia berasal dari karangasem, anak seorang kaya di negrinya. Ia datang ke buleleng hanya dengan pakaian yang lekat pada badannya saja. Sampai dibulelelng mereka menumpang dirumah seorang haji yang banyak berkebun di sebelah barat bulelelng. Ia disuruh menunggui kebunnya itu. Men Negara  juga mempunyai sebuah kedai kecil ditengah tengah kebun kelapa yang amat subur. Kedai kecil itu amat kotor dan buruk, disitu menjual minuman tuak, arak, kopi, teh  serta makanan atau sate babi dan juga makanan lainnya. Walaupun kedai itu amat buruk, tetapi kedai itu sangat ramai.
 Pelanggan yang datang bukan hanya dari desa itu sendiri melainkan dari berbagai desa lain, banyak pemuda-pemuda yang menghabiskan waktu dikedai itu untuk melihat kecantikan Ni Negari. Bahkan  tidak sedikit orang tionghoa yang datang untuk sekedar minum di kedai itu. Alasan meraka jauh-jauh datang ke kedai buruk itu hanya untuk melihat kecantikan Ni Negari, anak Men Negara yang amat cantik dan tiada duanya didaerah itu. Selain karna kecantikan Ni Negari alasan orang datang ke kedai itu adalah karena kedai itu mencual makanan dan minuman yang sedap serta murah dibandingkan dengan kedai-kedai lainnya. Berkat kedai dan juga rajin berkebun, Men Negari cepat kaya ia pun telah mempunyai kebun sendiri. Pagi itu ramai pekerja, seolah-olah mengejar hari kemarin yang lalu dengan Cuma-Cuma.
Disana-sini banyak berserakan buah kelapa, saking banyaknya buah kelapa, tidak jarang kelapa yang telah terkumpul dicuri orang dengan mudah. Biasanya perempuan yang mecuri buah kelapa dengan berpura-pura meminta air kelapa lalu menggelapkan buah kelapa. Suatu hari di kedai Man Negara, ia dengan I Gerundung sedang menyembelih babi untuk dibuat sate dan dijual. Namun aksinya itu diketahui oleh mentri polisi yang bernama I Gusti Made Tusan, karena Man Negara tidak meminta surat keterangan akan menyembelih babi. Hal itu melanggar ketentuan yang berlaku di buleleng. Lalu I Gusti Made Tusan marah-marah kepada Man Negara. Namun dengan kecantikan dan kemolekan Ni Negari, I Gusti Made Tusan pun luluh hatinya dan mau minum kopi dilayani oleh Ni Negari.
I Gusti Made Tusan terkenal sebagai seorang pegawai polisi yang lurus serta tahu mempergunakan kekuatan dalam menjalankan kewajiban. Namun hatinya luluh karena terpesona kecantikan dan keanggunan Ni Negari. Walaupun hatinya luluh namun bagi I Gusti Made Tusan peraturan tetaplah peraturan dan harus ditegakkan. Sudah sebulan polisi menangkap Men Negara yang memotong babi tanpa bersurat. Kedai Men Negara semakin lama semakin ramai. Meja kotor dan tungku dari tanah sudah berganti dengan meja baru serta dapur yang terbuat dari semen. Lampu yang dulu diputihi dengan kapur kini telah berganti bercat emas berkilat-kilat. Botol arak dan tuak tidak terletak diatas meja , melainkan ditaruh di rak yang terdiri di sebelah meja. Pagar yang dulu menutup halaman sudah dibongkar lalu tampaklah kedai yang diperbarui.
Perubahan kedai itu membawa pengaruh terhadap orang-orang yang datang kekedai itu, dulu orang yang datang hanya berpakaian seadanya namun sekarang sudah berhias rapi. Begitu juga Ni Negari, ia berdandan dengan rapi dan cantik. Jalan yang dulunya kecil serta berlumpur kini sudah menjadi jalan raya, karena perubahan itu. I Ketut Rai, adalah seorang pemuda yang bertunangan dengan Ni Negari, namun Ni Negari mengingkari pertunangan tersebut dengan berpacaran dengan menteri polisi I Gusti Made Tusan. Dengan kata-kata manis Ni Negari I Ketut Rai pun tidak mengetahui akan hal itu.
Di kedai berdirilah ditengah-tengah pintu, seorang gadis yang cantik jelita melebihi Ni Negari. Yang sedang mencari Ida Gde Swamba. Ni Luh Sukreni namamnya. Skureni mencari I Gde Swamba karena ada urusan dengan I Nyoman Raka. Lalu swamba menemui Sukreni diluar. Setelah keluar dari kedai Men Negara Sukreni pergi dengan I Gde Swamba yang sudah ditunggu oleh ayah Sukreni Ditepi jalan. Mereka pergi dari kedai Men Negara ke kedai Pan Gara, yang tak lain saingan Keddai Men Negara. Diikutinya oleh I Gusti Made Tusan yang juga singgah di kedai Pan Gara.  Di dalam kedai Pan Gara mereka membicarakan pembagian harta warisan orang yang belum di ngaben.
Pada hari minggu pagi, seperti biasa kedai Men Negara amat ramai. Seperti biasa beberapa pemuda dari singaraja yang kebanyakan pegawai kantor, mempergunakan hari itu untyk bersenang-senang. Ni Negari melayani pemuda itu dengan ramah dan juga amat cantik. Dengan demikian maka uang yang didapat oleh kedai Men Negara akan bertambah banyak. Dengan asyik Ni Negari melayani tamu-tamunya tidak sadar bahwa I Gusti Made Tusan sudah berada di dalam rumah Ni Negari. Ia cemburu dan sangat marah karena melihat Ni Negari melayani pemuda-pemuda itu, karena kecemburuannya itu maka I Gusti Made Tusan akan segera mengawini Ni Negari. Namun Ni Negari tidak cinta kepada Igusti Made Tussan, melainkan cinta kepada uangnya.
Senda gurau orang diluar tidak kedengaran lagi., suara terawa dan ejek mengejek sudah sunyi. Berganti dengan suara orang menyapa datang. Sunyi senyap ketika itu di luar dan didalam kedai. “ya, jero luh, inilah rumah Men Negara itu” sapa Ni Luh Sukreni. Men Negara, Ni Negari dan I Gusti Made Tusan terkejut bukan main karena yang dia lihat itu adalah Ni Sukreni gadis manis dan cantik molek itu, dan membuat I Gusti Made Tusan sangat terpesona dan lupa dengan Ni Negari. Warna muka Ni Negari berubah menjadi merah padam karena melihat gadis saingannya itu datang. Ni Sukreni datang ke kedai  Men Negara dengan I Sudina mereka sedang mecari I Gde Swamba untuk menyelesaikan persoalan warisan dan pembakaran mayat bapak I Nyoman Raka. Ia diterima oleh Ni Negari dengan manis, dan diberinya harapan bahwa I Gde Swamba akan akan segera datang. Dan disilahkan ia untuk menginap sehari atau dua hari dirumah Ni Negari, dan I Sudi menginap di rumah I Negara saudara Ni Negari. Dengan maksud dan tujuan tertentu.
Malam itu datang lah I Gusti Made Tusan. Amat senang hatinya demi melihat kecantikan dan kemolekan Ni Luh Sukreni yang tinggal di ruman Men Negara. Setelah kedai di tutup, Ni Negari dan Ni Luh Sukreni masuk kedalam rumah, lalu duduk dan bercerita dengan asyiknya. Dengan demikian hati Sukreni mersa senang dan betah. Mengetahui bahwa Sukreni bermalam dirumah Men Negara. I Gusti Made Tusan sangat senang. Menurut kepercayaan orang bali. Setan berkeliaranj pada malam hari, memasuki badan orang yang kosong. Saat itu badan I Gusti Made Tusan benar-benar kosong tanpa jimat. Pada saat itu pula I Gusti Made Tusan merencanakan sesuatu dengan Men Negara, bahwa I Gusti Made Tusan akam masuk kedalam kamar Sukreni yang sedang tidur dengan Negari. Dengan perlahan-lahan ia masuk dan membangunkan Negari. Entah setan apa yang menguasai Negari. Dengan sedikit isyarat dari I Gusti Made Tusan, Ni Negari pun mengerti maksud dari I Gusti Made Tusan. Setelah Ni Negari keluar dari kamar itu I Gusti Made Tusan pun mengunci kamar itu dari dalam.
Keesokan harinya sebelum matahari terbit Sukreni sudah hilang dari tempat tidurnya. Men Negara dan Ni Negari dengan hati yang bangga sudah merusak kehidupan Ni Sukreni. Sudah dicarinya kesemua sudut rumah tetapi tidak dijumpainya. Lalu datanglah I Negara dengan I Sudina kerumah Men Negara denga hati yang bahagia. Sesampainya di dalam rumah, I Negara mencari Sukreni tetapi tidak dijumpainya, dengan hati yang bahagia I Negara bercerita kepada Men Negara dan Ni Negari. Saat sebelum datang ke buleleng Men Negara sudah pernah bersuami dengan seorang pemuda dan melahirkan seorang anak. Lalu Men Negara melarikan diri ke Buleleng, sampai di Bulelelng Men Negara bersuami lagi dan lahirlah Ni Negari dan I Negara. Tujuh belas tahun lamanya Men Negara meninggalkan anak dan suaminya yang pertama. Yang bernama Pan Widi dan nama semasa bujangnya I Nyoman Raka. Dan anaknya itu bernama I Widi. I Nyoman Raka menggati nama anaknya dengan Ni Luh Sukreni agar Men Negara tidak mengetahui.
Tercengan Men Negara dan Ni Negari mendengar kabar itu. Sampai hati Men Negara menghancurkan kehidupan anaknya yang selama tujuh belas tahun tidak bertemu. Men Negara pun masuk kamar dengan menangis tersedu-sedu. Setelah I Sudani dan I Negara tidak menjumpai Sukreni di rumah Men Negara, ia lalu mencarinya ke berbgai desa dan hotel tetapi tidak di jumpainya juga. I sudani merasa gelisah karena Sukreni yang dititipkannya sudah hilang dari tangannya. Ia tidak mengetahui keberadaan Sukreni karena ia telah mengganti namanya dengan nama Ni Made Sari dan sedang meratapi nasibnya di sebuah hotel kepunyaan seorang tionghoa. Agar tak membawa malu ke desanya ia pun tidak mau pulang kedesanya dan ia mencari kehidupan sendiri dengan meminta pekerjaan kerumah-rumah menjadi babu. Hingga terasa olehnya kemlaratannya.
Lima bulan sudah I Made Aseman terhukum karena memukul kepala I Negara. Lantaran tersulut oleh perkataan Aseman. Ia dihukum mengambil kotoran yang berserakan di jalan dan didepan rumah. Di depan sebuah hotel saat Aseman mengambil sampah duduklah I Gde Swamba sedang ber bincang-bincang dengan orang India yang bernama Chatterje. Saat I Gde Swamba berdiri dan melihat-lihat jalan, terlihatlah I Made Aseman yang sedang berdiri di sebelah truk sampah. Lalu Swamba mendekati Aseman dan menanyakan perihal kenapa ia di hukum, sudah berapa lama ia di hukum dan tak lupa ia menanyakan keberadaan dan kondisi Ni Luh Sukreni. Dengan paksaan dan dorongan akhirnya Aseman pun menceritakan semua kejadian dan apa yang dialami Sukreni. I Gde Swamba amat sangat terkejut saat mengetahui bahwa Ni Sukreni sudah hamil dan melahirkan anak, hasil hubungan jahanam yang dilakukan oleh I Gusti Made Tusan. Setelah melahirkan, Ni Sukreni menumpang dirumah Pan Gumiarning di banjar Bali. Setelah mendengar banyak berita dari Aseman I Gde Swamba pun kembali ke biliknya dan Swamba pun melanjutkan pekerjaanya.   
Keesokan harinya pagi-pagi, Catterje pergi kebandung dengan sendiri, wlalupun I Gde Swamba sudah dibujuk dan dirayunya tetapi ia tetap mengelak untuk mengikuti bersama ke Bandung. Sepeninggal Catterje, Ida Gde berkemas-kemas. Ia memakai berpakaiian rapi dan sedang pergi keluar. Ia sedang pergi mencari alamat Pan Gumiarning yang rumahnya sedang ditumpangi Ni Sukreni. Setelah sampai disepan rumahnya, ia segera masuk ke rumah itu, dan disambut oleh seorang perempuan setengah tua. Ia adalah istri Pan Gumiarning yang ke dua. Setelah dipersilahkan duduk, Pan Gumiarning pun datang menemui I Gde swamba. Ia mengerti maksud kedatangannya yaitu untuk menemui sukreni. Kemudian Skureni pun datang menemui I Gde Swamba, ia bersimpuh di hadapan Ida Gde, sambil menangis dengan sedih. Tak sepatah kata yang dapat diucapkan Sukreni melainkan hanya tangisan. Namun I Gde Swamba mengerti keadaan yang dialami Sukreni. I Gde Swamba hanya bisa menasehati Sukreni agar tidak larut dalam kesedihannya, ia juga tidak membedakan ia yang sekarang dengan ia yang dulu. Dan semua itu sudah kehendak dan kodrat yang maha kuasa. I Gde Swamba juga berkata bahwa ia akan menyekolahkan dan membesarkan anak Ni Sukreni.
Dua puluh tahun sudah berlalu. Luh Sukreni sudah lama pulang kembali ke Manggis tempat asal desanya. Ia sudah dimaafkan oleh keluarga dan juga ayah dan ibunya. Semua berkat bantuan I Gde Swamba yang telah menjelaskna kejadian yang sebanarnya kepada keluarga Ni Sukreni. Anak Sukreni yang sudah besar kini diberi nama I Gustam oleh Pan Gumiarning. Setelah ia berumur tujuh tahun. Ia disekolahkan di singaraja. Tetapi baru beberapa bulan lamanya anak itupun keluar dari sekolah, karena ia lebih suka pergi ke kampung Anyar dan bermain dengan teman sebayanya. Disitu ia belajar berjudi, dan melihat orang yang sedang menyabung ayam. Sesekali ia sudah berani mencoba sabung ayam, walaupun ia masih kecil. Beberapa kali ibunya sudah menasehati dia, tetapi nasihat itu masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Ia pun dikeluarkan dari sekolah karena tidak pernah masuk sekolah.
Ketika ia berumur dua belas tahun, ia pun sudah berani memukul ibunya dengan kayu, sampai luka. Pan Gumiarning pu  sudah dicaci makinya, karena tidak mau memberinya uang untuk berjudi. Pada umur sembilan belas tahun ia dihukum, karena mencuri di kedai orang tionghoa di singaraja. Didalam penjara ia ia berkenalan dengan orang-orang jahat. Disitu ia mendapatkan banyak ilmu kejahatan seperti mencuri, merampok, berjudi dan sebagainya. Ia dipenjara selama dua tahun.
Sementara I Gustam berada di penjara, Ni Luh Sukreni pulang ke Manggis. Ia tinggal bersama ayahnya, tidak lama ia meninggla duni karena penyakit. Yang disebabkan makan hati berulam jantung dengan tiada berkeputusan. Demikian kehidupan Gustam dipenjara, penjara itu sebagai madrasah padanya. Beberapa kemudia terjadi buru-hara di Buleleng. Perampok meraja lela disana sehingga sehingga tiada berani lagi orang yang menunggu kebun dengan tiada berkawan. Perampok itu datang dengan jumlah yang banyak, jika ada orang yang melwan tidak segan sekelompok perampok akan menembaknya. Bukan hanya masyarakat biasa yang ia bunuh melainkan juga polisi ia jerat lehernya dengan tali dijalan. Kepala perampok itu ialah I Teguh nama samaran dari I Gustam.
Suatu hari Gustam merencanakan perampokan di rumah Men Negara. Ia melewati kebun kelapa dan swah, agar tidak terlihat oleh polisi yang sedang berpatroli. Bingin banjah adalah desa yang aman dulu, tapi sekarang sudah tidak aman lagi. Menteri polisi yang dulu ditugaskan menjaga desa itu kini sudah dipindahkan ke Mayong. Tetapi karena kerusuhan itu Mentri polisi itu dipindah tugaskan lagi ke bingin banjah. Menteri polisi itu adalah I Gusti Made Tusan. Beberapa lama mereka pun tiba di rumah Men Negara, yang merasa aman karena mendapat perlindungan dari I Gusti Made Tusan. Ni Negari telah lama kawing dengan I Ketut Rai, jurutulis di Jembrana.
Saat telah sampai didalam rumah Men Negara, kawanan perampom itu ternyata ketahuan sedang merampok dan Men Negara pun berteriak minta tolong. Pada malam itu kebetulan I Gusti Made Tusan sedang meronda dengan teman temannya. Seketika itu ia langsung mengejar dan berkelahi dengan kawanan perampok itu, namun perampok itu sudah membwa kabur uang di dalam peti dan mereka juga membakar rumah Men Negara.
Halaman rumah yang gelap itu seketika terang benderang, karena apinya yang besar. Pada malam itu orang-orang berteriak-teriak dan tong-tong telah dibunyikan. Disebelah timur rumah Men Negara orang berkelahi dengan hebat, tinju-meninju, dorong-mendorong, serta kadang-kadang bunyi bedilpun terdengar pula. Karena begitu ramainya perkelahian itu, keluarlah Made Aseman dari rumahnya, lalu medekati perkelahian tersebut. Ia mengucapkan “O disini tuhan menampakkan kekuasaanya, anak menggerakkkan tangan hendak memarang kepala bapaknya, dan bapak pun hendak membunuh anaknya.” Tetapi naas semua itu sudah terlambat. Keleweng menteri polisi itu mengenai leher anaknya, dan kepala I Gusti Made Tusan kena parang I Gustam. Mereka berdua pun tewas dengan mengenaskan. Dibawah pohon kelapa kelihatan Men Negara dan Ni Negari serta keluarganya yang lain duduk merenungi rumahnya yang habis dimakan api. Ketika itu mereka merasakan kutukan atau hukuman oleh sang Widi tuhannya. Terbayang di mata Men Negara rupa Ni Luh Sukreni, anaknya yang telah dicelakakannya. Men Negara memekik, barlari, lalu jatuh terguling tak ingat lagi akan dirinya.
Pagi hari setelah semua terbakar habis dibawah pohon kelapa terlihat seorang yang terhuyung-huyung seperti habis bangun tidur. “kita hendak memotong, hendak menyembelih babi, sekali ini yang besar” katanya berulang-ulang. “tak perlu bersurat. Sembelih saja” orang itu berdiri, lalu berjalan mondar-mandir, tangannya digerak-gerakkanya, sebagai orang memberi isyarat, supaya pintu dibuka dan ditutupkan, sebagai menengok apa-apa di bawah tempat tidur, seraya berkata pula “bakul ini penuh dengan rempah-rempah, nanti kita hidangkan makanan yang lezat-lezat kepada tukang panjat kelapa itu.” Orang itu seperti menirukan orang yang sedang memasak. Menata toples yang berisikan makanan. Lalu mempersilahkan orang untuk masuk ke kedainya. Ya orang itu adalah Men Negara, ia gila karena harta bendanya sudah habis dimakan api. Ni Negari yang sudah berumah tangga itu telah pergi ke Jembrana bersama suami dan anaknya. I Negara tinggal berumah di desa, ia juga yang setiap hari membwakan makanan untuk ibunya dan ia juga yang mengurusi ibunya utu. Orang-orang merasa miris melihat kelakuan Men Negara yang gila. Ia setiap hari bertingkah laku layaknya sedang berjualan di kedai miliknya dulu
.
2.      Hal-hal menarik dari novel Sukreni Gadis Bali
a.       Di desa bingin banjah terdapat kedai yang amat buruk dan jorok tetapi sangat ramai, karena yang melayani gadis yang cantik yang bernama Ni Negari
b.      Ni Negari kalah cantiknya dengan gadis yang lugu yang bernama Ni Luh Sukreni. Ia sangat marah apa bila ia datang ke kedainya mencari I Gde Swamba.
c.       Men Negara, Ni Negari dan I Gusti Made Tusan merencanakan perbuatan keji terhadap Sukreni, gadis yang baru dikenalnya dan masih sangat lugu.
d.      Men Negara mengetahui bahwa gadis yang ia rusak kehidupannya itu ternyata adalah anaknya yang dulu sebelum pindah ke bingin banjah.
e.       I Gde Swamba tidak marah dan sangat sabar dan sayang kepada Sukreni Walaupun Sukreni sudah memiliki anak.
f.       I Gustam walaupun masih kecil tapi sudah berani berjudi dan sabung anyam. Dan ia juga dipenjara pada umur dua puluh tahun karena mencuri di kedai orang tionghoa. Ia juga menjadi kelapa perampok yang sadis saat menjalankan perampokannya.
g.      I Gustam dan I Made Tusan saling membunuh padahal mereka sebapak dan seanak.
h.      Men Negara gila karena harta bendanya lenyap dimakan api.

PERAN KEPALA DAERAH DALAM MENGELOLA KEKAYAAN DAERAH UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

BAB I                                                   PENDAHULUAN A. Latar Belakang      Indonesia adalah negara kepulauan, yan...